Aku rindu, saat dirimu begitu jauh.

Aku rindu, saat dirimu tak kudapati dalam dekapanku.

Aku rindu, saat-saat masih kulihat tawamu.

Aku rindu, saat senja masih menjadi cerita kau dan aku.

Aku rindu, saat-saat bersamamu.

Tawa dan hangat pelukmu.

Ketika raga kita berjalan beriringan, berpadu dalam syahdu degup yang saling berpaut.

Dan rindu itu kini, dan mungkin selamanya, entah kemana.

Hilang lenyap seakan ditelan ombak yang sering kita nikmati bersama.

Degup rindu yang selalu kita nikmati, tak tahu harus kucari lagi kemana.

Kau berlari, dan lalu menyelinap untuk kemudian menusukku dengan brutal.

Kau bunuh hatiku, hingga mati sudah.

Menanam bibit bibit benci, yang walaupun mati hatiku, entah bagaimana mereka terus tumbuh.

Tak habis pikirku, tak habis tanyaku,

mengapa?

Rindu itu menjadi benalu, yang kini benci tumbuh lebih cepat.

Leave a comment